Arti dari EQ: Kecerdasan Emosional yang tidak Kalah Penting dari Kecerdasan Intelektual
Umumnya istilah Intelligence Quotient atau biasa disebut dengan IQ menjadi hal yang dikenal oleh masyarakat. Terlebih, ketika JAKartans duduk di bangku sekolah, sering kali pihak sekolah mengadakan tes IQ untuk melihat kemampuan intelegensi siswanya. Mengutip dari data yang dirilis oleh World Population Review di tahun 023, rata-rata skor IQ orang Indonesia sebesar 78.49. Jika dibandingkan dengan negara lain, nyatanya skor IQ orang Indonesia jauh di bawah negara di Asia Tenggara lainnya.
Akan tetapi, selain IQ nyatanya terdapat hal serupa yang bertujuan untuk mengukur nilai intelegensi emosional seseorang, yaitu Emotional Quotient atau biasa disebut dengan EQ. Emotional Quotient atau EQ adalah kemampuan seseorang dalam menerima, menilai, mengelola, dan juga mengatur emosinya dan orang lain di sekitarnya.
Dalam penjelasan lebih lanjut, Daniel Goleman seorang psikolog, penulis, dan juga penulis jurnal ilmiah dalam bukunya yang berjudul ‘Emotional Intelligence’ yang dirilis pada tahun 1995 mengartikan EQ sebagai kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, mengatasi frustrasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati, berempati, dan juga kemampuan untuk bekerja sama.
Daniel Goleman pun menjelaskan, nyatanya kecerdasan intelektual atau IQ hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% berasal dari sumbangan faktor lain yang diantaranya adalah kecerdasan emosional atau EQ. Namun, baik IQ maupun EQ pada dasarnya merupakan dua hal yang sangat diperlukan. Goleman menjelaskan, keseimbangan IQ dan EQ menjadi kunci bagi seorang siswa dalam mengejar pendidikannya. Kemampuan kepintaran rasional harus disertai dengan kemampuan kecerdasan emosional seorang siswa.
BACA JUGA: Jangan Keliru, Berikut Perbedaan dari Soft Skills dengan Hard Skills Beserta Contohnya
Model-Model EQ
Sama seperti IQ, EQ pun memiliki berbagai model-modelnya sendiri. Dari berbagai model yang ada, setidaknya terdapat tiga model EQ yang paling populer, yaitu Teori Kemampuan (Ability Theory), Teori Sifat (Trait Theory), dan Teori Campuran (Mixed-Model Theory).
- Teori Kemampuan (Ability Theory): Teori ini fokus kepada melihat emosi sebagai bentuk dari sumber informasi yang berharga, sehingga seseorang dapat memahami situasi dan mengambil kesimpulan berdasarkan perasaan emosi tersebut. Karena, bagi teori ini emosi pada dasarnya merupakan suatu hal yang harus diterima, dipahami dan kemudian diolah dan juga dikelola.
Salah satu tes EQ untuk mengukur kemampuan ini adalah dengan Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT). JAKartans akan diberikan sejumlah pertanyaan terkait dengan emosi yang harus JAKartans jawab. Pertanyaan ini bisa dalam bentuk kasus, foto, dan juga situasi.
- Teori Sifat (Trait Theory): Teori EQ satu ini berfokus terhadap bagaimana seseorang menilai dirinya dengan didasari oleh kemampuan perilakunya berbentuk self-report atau dalam bentuk penilaian lainnya. Terdapat 15 sifat yang termasuk dalam pengukuran EQ menurut Petrides, yaitu: adaptasi, asertif, ekspresi emosi, manajemen emosi, persepsi emosi, regulasi emosi, kontrol impuls, hubungan, harga diri, motivasi diri, kesadaran sosial, sifat optimis.
Adapun untuk mengukur EQ ini dengan melakukan tes Trait Emotional Intelligence Questionnaire (TEIQue) yang dikembangkan oleh Petrides dan Furnham. melalui test ini, nantinya JAKartans akan mengukur sifat-sifat yang terkait dengan aspek emosional dari kepribadian JAKartans.
BACA JUGA: 5 Tipe Amarah yang Wajib Kamu Ketahui!
- Teori Campuran (Mixed-Model Theory): Teori yang dikembangkan oleh Goleman ini menggabungkan antara konsep sifat serta kemampuan emosional seseorang yang didasari oleh empat kompetensi pokok, yaitu: kesadaran diri, pengelolaan diri, pengenalan sosial, dan interaksi sosial.
Untuk mengukur model ini, JAKartans akan melakukan tes Emotional and Social Competence Inventory (ESCI). Umumnya, model campuran ini sering menggunakan metode penilaian 360 derajat sebagai alat ukurnya. Karena sifatnya yang melibatkan banyak penilai atau dapat dinilai oleh berbagai pihak, model ini menjadi populer dan banyak digunakan, terutama dalam konteks pekerjaan dan bisnis.
Jadi, pada dasarnya EQ merupakan kecerdasan emosional yang harus selaras dengan kecerdasan intelektual. Sehingga, rasanya baik IQ maupun EQ merupakan dua hal yang pada akhirnya membentuk kecerdasan seseorang. (*/)
(RRY)