Mengenal Sejarah dan Asal Usul Mie Ayam: Sarapan Pilihan Masyarakat Jakarta

Dari banyaknya pilihan menu sarapan yang ada di Jakarta, nyatanya terdapat satu jenis makanan yang sepertinya sudah menjadi menu wajib sarapan untuk beberapa orang. Biasanya, orang-orang enggan untuk memakan makanan yang terlalu berat untuk sarapan. Makanya, JAKartans tentunya jarang melihat orang sarapan dengan nasi padang kan?

Untuk memulai hari, kita cenderung memilih makanan yang ringan, tapi mengenyangkan. Sehingga, kita tetap memiliki energi untuk memulai hari, namun perut kita tidak akan merasa begah. Dan satu makanan yang rasanya menjadi pilihan untuk sarapan adalah, mie ayam.

Advertisement

Mie ayam memang menjadi salah makanan pilihan untuk sarapan. Tidak ada makanan yang lebih lengkap dari mie ayam. Untuk karbohidrat, mie tentunya menjadi sumber karbohidrat yang dibutuhkan, namun tidak membuat kita terlalu kekenyangan. Untuk protein, ada daging ayam cincang dan aneka toping, seperti pangsit rebus/goreng, bakso, dan lain sebagainya. Untuk sayur, sayur bok choy, toge, dan sawi sering kali menjadi topping di semangkuk mie ayam.

BACA JUGA: Pentingnya Sarapan Sebelum Beraktivitas: Berikan Energi untuk Hari yang Produktif

Dengan demikian, mie ayam pada akhirnya menjadi salah satu menu sarapan pilihan masyarakat Jakarta. Karena, dari segi gizi, setidaknya semua aspek yang dibutuhkan terpenuhi.

Tapi, bagaimana sih akhirnya mie ayam bisa menjadi salah satu kuliner pilihan untuk sarapan di Indonesia? Terus kenapa mie ayam punya banyak versi, mulai dari mie ayam Wonogiri, mie ayam Bangka, dan bahkan mie yamin Bandung?

Sejarah Mie Ayam di Indonesia

Untuk apa kita sering makan mie ayam tapi tidak tahu mengenai asal-usul atau sejarah dari mie ayam itu sendiri? Mie ayam sendiri merupakan bentuk adaptasi dari masakan Chinese yaitu bakmi. Bakmi sendiri merupakan hidangan khas China Selatan, terkhusus wilayah Fujian dan Guandoang.

Bakmie mulai masuk ke Indonesia sendiri sejak masuknya masyarakat China ke Indonesia untuk merantau maupun menetap. Jika bakmie identik dengan penggunaan daging babi, sebagai bentuk adaptasi dan karena kala itu Indonesia masih berbentuk sebagai kerajaan yang didominasi kerajaan Islam. Maka, daging babi tersebut diganting dengan daging ayam yang bisa dikonsumsi semua orang.

Kemudian, untuk rasa sendiri, mie ayam yang merupakan peranakan dari bakmie pun melakukan adaptasi dan disesuaikan dengan selara dan lidah masyarakat Indonesia.

Untuk menjawab pertanyaan, mengapa mie ayam yang notabenenya merupakan makanan turunan dari masakan Chinese, justru lebih identik dengan mie ayam Wonogiri?

Ternyata, hal ini nyatanya disebabkan oleh banyaknya gerobak mie ayam di daerah pesisir pantai selatan. Bahkan, mie ayam pun sudah menjadi makanan wajib masyarakat sekitar, makanya mie ayam di Indonesia cukup eksis dengan sebutan mie ayam Wonogiri.

Ragam Variasi

Pada dasarnya, mie ayam tersebar di berbagai daerah dengan segala ciri khasnya. Jika di Jakarta kita dapat melihat mie ayam dengan toping ayam kampung, mie ayam Bangka yang khas dengan toping kepiting, atau mie ayam Bandung yang lebih dikenal dengan mie yamin yang cenderung memiliki rasa manis gurih.

Dengan demikian, kembali lagi, mie ayam merupakan hidangan yang dapat menggunakan toping apapun yang disesuaikan dengan lidah pada masyarakat suatu daerah. Makanya, di era sekarang ini, toping mie ayam pun makin variatif.

BACA JUGA: 5 Rekomendasi Bekal Sehat dan Simpel yang Wajib Kamu Bawa! 

Akan tetapi, esensi dari mie ayam tentunya tetap terletak di mie dan daging ayam itu sendiri. Toping lainnya hanyalah sebagai pelengkap dari mie dan daging ayam yang menjadi ciri khas dari mie ayam.

Nah JAKartans, setelah membaca artikel ini tentunya JAKartans dapat lebih minikmati mie ayam yang JAKartans makan. Karena, setidaknya JAKartans sudah memahami asal usul dari makanan yang JAKartans makan. (*/)

(RRY)

Advertisement

Related post

×

Hello!

Silakan kirim email ke program@jak101fm.com untuk pertanyaan seputar JAK 101 FM

× Hey JAK FM