Fenomena Publik Figur menjadi Seorang ‘Duta’: Ketika Gimmick Justru Dianggap sebagai Hukuman

Kasus judi online yang marak terjadi di Indonesia kini membuka lembaran baru. Setelah diketahui fakta bahwa para pemain judi online merupakan sosok-sosok muda, kini muncul fakta lain terkait judi online. Nyatanya, salah satu alasan mengapa banyak anak muda yang terjebak dalam judi online adalah dikarenakan endorser yang justru datang dari sosok-sosok idola anak muda seperti para artis, penyanyi, sampai publik figur lainnya. 

Yang terbaru, sosok artis idola anak muda yaitu Wulan Guritno, kini sedang dimintai keterangan terkait keterlibatannya dengan keberadaan salah satu situs judi online. Sempat beredar video Wulan Guritno tengah mempromosikan situs judi online dengan menggunakan embel-embel game online yang mampu mendatangkan uang. Namun, setelah diselidiki lebih dalam, nyatanya game online tersebut adalah situs judi online

Advertisement

BACA JUGA: Gen Z dan Millenials Terlilit Hutang Pinjol, Kok Bisa?

Uniknya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi justru ingin mengajak Wulan Guritno untuk bergabung sebagai Duta Anti Judi Online Indonesia. 

“Artis-artis selebgram dan lain-lain sudah dipanggil [polisi terkait judi online], Wulan Guritno dan lain-lain. Nanti habis itu dioper ke Kominfo, untuk jadi juru kampanye anti-judi online,” kata dia di DPR, Senin (04/09/2023).

Pernyataan ini tentunya membuat publik keheranan. Bagaimana bisa, sosok yang diduga mempromosikan judi online justru menjadi Duta Anti Judi Online Indonesia? 

Bukan Kali Pertama

Sebenarnya, langkah untuk menjadikan sosok terduga bersalah sebagai seorang ‘Duta’ ataupun juru bicara dari suatu campaign bukanlah hal yang baru di Indonesia. 

Salah satu kasus pengangkatan selebriti sebagai seorang ‘duta’ adalah Zaskia ‘Gotik’. Kala itu, Zaskia dipersoalkan karena dianggap menghina lambang negara. Bukannya diproses hukum, Zaskia justru diangkat sebagai ‘Duta Pancasila’ sebagai bentuk dari ‘hukuman’. 

Kemudian, kasus yang akhir-akhir ini terjadi yaitu kasus penistaan agama yang dilakukan TikToker Oklin Fia. Bukannya diproses atau diberikan sanksi sosial, Oklin justru diangkat sebagai ‘Duta MUI’ karena dianggap sudah meminta maaf dan menginspirasi anak muda. 

Pada kenyataannya, sosok publik figur nyatanya memiliki keuntungan ketika menghadapi persoalan yang melanggar hukum. Sanksi-sanksi berupa pengangkatan sebagai seorang ‘duta’ rasanya tidak masuk di logika dan hanya merupakan gimmick semata. 

BACA JUGA: Kenapa Masyarakat Indonesia tidak Sabaran? 

Tetap Harus Diproses Hukum 

Sebenarnya gimmick menjadi sosok publik figur sebagai duta tidak ada salahnya. Dengan catatan, sosok publik figur tersebut telah menjalankan proses hukum yang menimpanya. Yang menjadi persoalan adalah, para publik figur yang diangkat sebagai seorang ‘Duta’ atas kasus tertentu nyatanya selalu berakhir dengan sanksi ‘duta’ tersebut, tidak ada sanksi hukum yang benar-benar diterapkan.

Namun, apabila pengangkatan sosok publik figur sebagai seorang ‘Duta’ dilakukan setelah publik figur tersebut menjalankan sanksi hukumnya, tentunya gimmick tersebut akan lebih diterima masyarakat. Pasalnya, setidaknya efek jera melalui sanksi hukum ini benar diterapkan, sehingga sosok publik figur ini pun bisa mengkampanyekan alasan untuk tidak melakukan kesalahan yang diperbuat dengan lebih rasional dan relevan karena dirinya sudah menerima efek dari kesalahannya tersebut. 

(RRY)

 

Advertisement

Related post

×

Hello!

Silakan kirim email ke program@jak101fm.com untuk pertanyaan seputar JAK 101 FM

× Hey JAK FM