Mengenal ‘Full Time Children’ Bentuk Nyata Rusaknya Sistem Kerja di China

Kalau biasanya seorang pengangguran hidup dalam tekanan karena dianggap sebagai beban sosial oleh lingkungan, pemuda di China justru sebaliknya. Dirinya memilih untuk ‘menganggur’ demi mendapatkan gaji dari orang tuanya.

Litsky Li, sosok berusia 21 tahun memilih untuk berhenti dari profesi sebelumnya yaitu menjadi fotografer demi memperoleh keuntungan yang lebih baik. Dirinya memilih untuk berhenti dari pekerjaannya lantaran dijanjikan uang sebesar 6.000 yuan atau setara dengan Rp12.657.084 untuk menjaga neneknya. Yang mana gaji tersebut bahkan berada di gaji kelas menengah di kawasan tempat tinggalnya. 

Advertisement

Li pun mengungkapkan alasan mengapa dirinya berani untuk mengambil ‘pekerjaan’ tersebut, dirinya mengaku bahwa tidak kuat dengan tekanan akan kewajiban untuk pergi ke sekolah ataupun untuk bekerja. 

Tapi, nyatanya pilihan yang diambil oleh Li bukanlah hal yang baru di China. Nyatanya, banyak pemuda di China pun yang mengambil pekerjaan serupa karena dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan bekerja kantoran. Fenomena ini bernama ‘full time children” 

BACA JUGA: Indonesia-China Sepakat Terkait Tambahan Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Apa Itu ‘Full Time Children’?

China telah menjadi sorotan dunia sebagai negara yang mencapai kemajuan pesat dalam berbagai bidang. Di balik keberhasilan ekonomi dan teknologinya, terdapat fenomena menarik yang muncul di negara ini yang dikenal sebagai ‘Full Time Children’ atau ‘Anak-Anak Sepenuh Waktu’. Fenomena ini merujuk pada anak-anak yang menjalani rutinitas yang sangat ketat dan terstruktur dalam upaya untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi. 

BACA JUGA: Menparekraf: Lulusan Poltekpar Medan Jadi “Amunisi” Baru Kebangkitan Ekonomi

Full time children nyatanya menjadi fenomena tersendiri di China. Banyak pemuda-pemudi di China yang akhirnya ‘memilih’ untuk menjadi pengangguran lantaran sulitnya mencari pekerjaan. Dan, pada akhirnya, salah satu ‘pekerjaan’ yang akhirnya mereka dapatkan adalah dengan membantu orang tuanya di rumah. 

Sistem Kerja yang Menekan 

Li mengungkapkan alasan mengapa dirinya memilih untuk merawat neneknya dibandingkan kembali ke pekerjaan sebelumnya karena dirinya merasa tertekan dengan kewajiban untuk hadir di pekerjaan tersebut.

Dan nyatanya, alasan dari Li sejalan dengan Julie yang merupakan sosok yang menjalankan full time children. Lebih lanjut, kini Julie bekerja sebagai ‘pembantu’ di rumah orang tuanya dengan melakukan pekerjaan seperti mencuci piring, menyiapkan makanan, dan melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga lainnya. Sebelumnya, Julie merupakan pekerja yang terbilang tereksploitasi. Dirinya mengaku harus bekerja selama 16 jam sehari di pekerjaan sebelumnya. Dirinya bahkan mengaku merasa seperti zombie di pekerjaan sebelumnya.

Dari adanya alasan yang diberikan oleh Li maupun Julie, satu kesamaan dari alasan keduanya adalah bagaimana tekanan yang diberikan oleh pekerjaan konvensional membuat pemuda-pemudi di China merasa kelelahan baik secara fisik maupun mental. Sehingga, memilih untuk bekerja di rumah sebagai ‘pembantu’ di rumah sendiri dirasa membebaskan mereka dari tekanan yang diberikan oleh pekerjaan sebelumnya.

Terlebih, di China sendiri terdapat sistem kerja bernama ‘996’. Dimana para pekerja akan bekerja dari pukul 9 pagi hingga 6 malam, dan dilakukan selama 6 hari dalam seminggu. Sehingga tidak mengagetkan jika pada akhirnya banyak anak muda di China yang merasa tertekan dengan jam kerja tersebut.

Sulitnya Mencari Pekerjaan

Namun, nyatanya tekanan pekerjaan bukan menjadi satu-satunya alasan mengapa fenomena full time children hadir di China. Sulitnya mencari pekerjaan menjadi salah satu alasan lain meningkatnya fenomena ini di China. 

Dilansir dari CNN Business, angka pengangguran di China untuk usia 16-24 tahun di daerah perkotaan mengalami kenaikan sebesar 21,3 persen yang mana menjadi rekor tertinggi di China. 

Sehingga, berdasarkan data dari Profesor Universitas Peking Zhang Dandan, setidaknya terdapat 16 juta pemuda China yang tinggal di rumah dan mengandalkan orang tua mereka, dan memilih untuk tidak aktif dalam mencari pekerjaan. Melemahnya ekonomi di China menjadi salah satu alasan mengapa pekerjaan kian sulit didapatkan, sehingga fenomena full time children pun menjadi salah satu dampaknya.  

 

Advertisement

Related post

×

Hello!

Silakan kirim email ke program@jak101fm.com untuk pertanyaan seputar JAK 101 FM

× Hey JAK FM