Pesepakbola Indonesia Hanya Menjadi Agenda Marketing Klub Luar Saja, Emang Iya?
Menjadi seorang pesepakbola bisa dibilang menjadi impian bagi beberapa masyarakat Indonesia. Terlebih, beberapa tahun ke belakang, banyak pesepakbola Indonesia yang abroad ke berbagai liga di luar Indonesia. Contohnya, Asnawi Mangkualam di Liga Korea, Pratama Arhan di Liga Jepang, atau Marselino Ferdinan di Liga Belgia.
Namun, nyatanya dari berbagai pemain Indonesia yang abroad di liga luar, muncul satu isu yang mencuat, yaitu mereka ‘dibeli’ hanya untuk memperkuat marketing klub saja.
Fenomena Local Pride di Liga Luar
Pesepakbola lokal atau biasa disebut dengan ‘local pride’ pada dasarnya memiliki basis fanbase yang besar dan kuat. Sehingga, basis fanbase yang kuat dan besar ini pun seringkali dimanfaatkan oleh tim-tim di luar Indonesia untuk meningkatkan marketing mereka.
Sebagaimana yang kita tahu, netizen Indonesia merupakan sosok yang bar-bar, solid, dan besar. Media-media internasional ataupun selebriti internasional seringkali memanfaatkan besarnya netizen Indonesia untuk mencari clout sebagai teknik marketing mereka. Dan hal ini nyatanya terjadi bagi pesepakbola Indonesia.
BACA JUGA: Bukan Hanya Selebrasi Pratama Arhan, Berikut Ini 5 Selebrasi Unik dari Pesepakbola Indonesia
Suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, faktanya masyarakat Indonesia sangat menyukai apresiasi dari pihak asing di luar Indonesia. Misalnya, konten kreator bule yang seringkali memuji makanan Indonesia. Dari hal sesederhana tersebut, bule yang memuji makanan Indonesia akan mendapatkan pertambahan likes dan komen yang besar di konten mereka, belum lagi followers yang mereka miliki pun akan berkembang pesat. Dan dari mana likes, komen, dan followers tersebut berasal? Tentunya dari netizen Indonesia.
Hal inilah yang dimanfaatkan beberapa klub luar. Mereka ‘membeli’ pemain-pemain Indonesia secara gratis, karena seringkali kontrak pesepakbola Indonesia memiliki klausul pembelian gratis apabila tawaran berasal dari klub luar. Tapi, pembelian tersebut bukan ditujukan untuk memperkuat kedalaman tim, melainkan marketing tim.
Klub-klub luar ini tahu, netizen Indonesia akan memfollow, melikes, dan melakukan interaksi dengan akun media sosial klub luar, karena pemain Indonesia (local pride) dikontrak oleh klub luar. Sehingga, klub-klub ini akan mendapatkan nilai valuasi yang besar yang berasal dari netizen Indonesia.
Tetap Menjadi Kesempatan
Meskipun seringkali hanya menjadi gimik marketing klub-klub luar, rasanya pesepakbola Indonesia tetap harus memiliki keinginan untuk bermain di liga luar. Karena, nyatanya beberapa klub di luar pun memang benar-benar membutuhkan jasa pesepakbola Indonesia di klubnya. Nama seperti Asnawi misalnya, meskipun awalnya jarang dimainkan, melalui permainan apiknya Asnawi akhirnya seringkali dimainkan dari menit pertama oleh Jeonnam Dragons klub yang dibelanya sekarang,
Dengan demikian, pesepakbola Indonesia harus menunjukan kualitas mereka selama latihan agar diri mereka tidak hanya dijadikan ‘katrol’ peningkat popularitas klub-klub di luar sana. (*/)
(RRY)