Mengapa Alam menjadi Destinasi Wajib untuk Healing?
Healing tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu istilah yang populer di zaman sekarang. Istilah healing sendiri rasanya kini cukup melekat pada orang-orang yang memiliki kesibukan, entah kesibukan karena pekerjaan, pendidikan, atau lain sebagainya.
Healing menurut Cambridge Dictionary, merupakan tahapan pemulihan dari luka baik secara fisik maupun emosional. Namun, kini kata healing sendiri memiliki makna yang lebih luas. Healing kini dapat diartikan juga sebagai penyembuhan diri yang bertujuan untuk mencari dan mendapatkan ketenangan batin dan jiwa.
Dalam pencarian ketenangan batin dan jiwa tersebut, sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan. Mulai dari beristirahat di rumah, melakukan hal-hal yang kita sukai, dan juga bepergian ke tempat yang kita sukai
Healing dengan metode berpergian ke tempat yang kita sukai inilah yang dirasa menjadi metode healing yang paling sering digunakan oleh kita. Terlebih, berbagai tempat seperti Bali, Bandung, Jogja, dan lain sekitarnya seringkali menjadi destinasi healing pilihan masyarakat Indonesia.
BACA JUGA: Kenapa Bandung dan Bogor jadi Destinasi Wisata Favorit Warga Jakarta?
Namun, dari perbedaan destinasi tersebut, terdapat satu kesamaan. Biasanya, destinasi yang dipilih merupakan destinasi yang menawarkan keindahan alam, kesegaran alam, dan hal-hal lain yang memiliki kaitannya dengan alam.
Lantas, mengapa destinasi yang memiliki keindahan alam seringkali menjadi destinasi masyarakat Indonesia untuk melakukan healing?
Memberikan Suasana Baru
Seringkali alasan seseorang melakukan healing disebabkan oleh kepenatannya atas pekerjaan, suasana, dan lingkungan.
Sebagaimana yang kita tahu, kota-kota industri seperti Jakarta misalnya nyatanya memiliki suasana yang memberikan kepenatan, dan jauh dari kata refreshing. Yang mana, suasana refreshing inilah yang sebenarnya dicari oleh kita-kita yang memiliki beban pikiran karena aktivitas yang kita lakukan.
Alam yang notabenenya memiliki pemandangan seperti pegunungan, pantai, dan hal-hal yang menyegarkan inilah yang sebenarnya dicari oleh para pekerja. Sederhananya, alam nyatanya memberikan mereka suasana baru yaitu suasana yang menyegarkan yang jauh dari kepenatan ibu kota.
Dengan adanya suasana baru ini, setidaknya pikiran kita dapat terefresh dan akhirnya dapat menemukan ketenangan yang kita cari dari healing yang kita lakukan. Sehingga,, tentunya alam dengan suasana asri, tenang, dan pemandangan hijaunya menjadi opsi terbaik untuk melakukan healing.
Terbukti Efektif
Mengacu pada laporan dari Science Alert, berjalan-jalan di alam terbuka rupanya memiliki manfaat yang terbukti dalam mengurangi tingkat stres, menurunkan tekanan darah, dan meredakan rasa cemas. Lebih dari itu, berjalan-jalan di lingkungan alam juga memiliki efek positif terhadap kualitas tidur, konsentrasi, serta kemampuan memori.
Dalam rangka melakukan penelitian ini, relawan dipilih secara acak dan diminta untuk berjalan-jalan di dua jenis lingkungan berbeda: satu di pusat perbelanjaan dan yang lainnya di lingkungan alam seperti Hutan Grunewald di Berlin. Sebelum memulai aktivitas berjalan, para relawan harus menyelesaikan serangkaian pertanyaan dan menjalani pemindaian MRI.
BACA JUGA: Mengenal Lebih Jauh Bahaya Burnout Akibat Bekerja: Tanda, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Peneliti tidak hanya membiarkan para relawan berjalan sembarangan, mereka juga memberikan instruksi agar berjalan di jalur tertentu tanpa berhenti serta menghindari penggunaan smartphone. Setelah sesi berjalan ini, otak para relawan diperiksa kembali menggunakan MRI sambil diberikan tugas yang memicu tingkat stres, selain pertanyaan-pertanyaan lainnya. Hasil dari pemindaian MRI menunjukkan bahwa aktivitas di amygdala, bagian otak yang terkait dengan emosi, mengalami penurunan setelah para relawan berjalan di hutan. Efek ini terlihat berlangsung selama satu jam.
Hasil temuan ini mendukung keyakinan sebelumnya tentang hubungan positif antara interaksi dengan alam dan kesehatan otak. Namun, penelitian ini memiliki nilai lebih karena berhasil memberikan bukti empiris terkait hubungan tersebut. Simone Kuhn, yang memimpin Lise Meitner Group for Environmental Neuroscience di Max Planck Institute for Human Development, menyatakan bahwa hasil penelitian ini juga menyokong gagasan bahwa berjalan di alam memiliki efek positif terhadap kesehatan otak.
Dari sini dapat dikatakan, pada dasarnya dengan berjalan di alam nyatanya mampu membentuk hubungan positif antara otak dengan kegiatan di alam. Sehingga, pada akhirnya healing ke tempat-tempat yang berbau alam, pada akhirnya memberikan dampak yang baik bagi otak, dan juga emosi seseorang.